Event

IMSF 8 : Menyiapkan Generasi Emas

Posted on Updated on

Oleh : Dr. I Wayan Agung Indrawan, Sp. OG.

            Negara Belanda menempati ranking tertinggi dalam penilaian postur tubuh dalam kurun waktu 3 dekade terakhir. Sedangkan Hongkong menempati posisi pertama pada penilaian jumlah rata-rata IQ 107 poin. Sedangkan Indonesia menempati posisi ke 43 dengan nilai rata-rata IQ 89. Cina diprediksi akan banyak menghasilkan manusia super secara kecerdasan dan postur tubuh. Hal ini tidak lain dikarenakan kondisi bayi saat didalam kandungan, yang berkaitan dengan nutrisi dan lain-lain.

           Seorang wanita akan mengalami 5 masa kehidupan sebagai ibu yaitu, pembuahan, kehamilan, persalinan, pasca persalinan dan menyusui. Nutrisi yang lengkap sangat dibutuhkan bagi wanita hamil demi mendapat bayi yang berkualitas diantaranya : asam folat 400 mcg, kalsium 1000 mg, antioksidan, buah-buahan dan sayuran, menghindari merokok dan minum kopi. Perencanaan prakonsepsi sangatlah penting karena dapat mencegah komplikasi kehamilan, meningkatkan peluang kelahiran bayi sehat, serta disesuaikan dengan kondisi ekonomi keluarga. Disamping itu ada beberapa kondisi yang berisiko untuk ibu hamil diantaranya segi social; pendapatan kurang, BB < 45 kg atau > 75 kg, usia < 16 th atau > 35 th, merokok dan narkoba. Segi penyakit; DM, jantung, anemia, hipertensi, gondok, ginjal, HIV, TBC, hepatitis dan TORCH. Segi riwayat kehamilan; abortus, IUFD, cesar, ketidaksesuaian golongan darah. Pada saat kehamilan hendaknya melakukan cek rutin ke dokter/bidan, makan makanan yang sehat, minum vitamin dan suplemen, waspada terhadap higienitas, latih dasar panggul, stop rokok dan alcohol, mengurangi minum kopi dan istirahat cukup. Physical exam atau pemeriksaan fikik kehamilan meliputi 3P yaitu pintu, penumpang dan power. Jadwal kunjungan ke dokter dilakukan setiap bulan hingga 7 bulan kandungan, setiap 2 minggu hingga 8,5 bulan kehamilan dan setiap  1 minggu sampai lahir. Pemeriksaan screening test dilakukan untuk menunjang pemeriksaan; Hb, Rh, Rubella Imune Status, VDRL, HIV, HbsAg status, Cervical smear. HIV dapat ditransmisikan dari ibu kemungkinan 15-40%. HIV dapat ditularkan ke janin melewati 3 cara, masa kehamilan, saat proses kelahiran dan proses menyusui.

            Nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu hamil antara lain, beras 934cal, daging 142.5 cal, tempe 120 cal, sayuran 150 cal, buah 107cal, susu 300cal, gula 90cal, minyak 450cal. Beberapa tips bagi ibu hamil; hindari aktivitas berdiri atau duduk lama, hindari olahraga yang berpotensi jatuh, hindari posisi terlentang setelah trimester kedua. ASI merupakan minuman yang sangat penting bagi bayi. ASI secara psikologis dapat menyalurkan kasih sayang ibu terhadap anaknya serta dapat memberikan naluri kepada bayi berupa pengenalan peran ibu. Masa menyusui adalah 2 tahun sebagaimana Allah juga menjelaskan dalam Al-qur’an. Adapun beberapa makanan yang dapat memperlancar ASI adalah; pare, papaya, semangka, kacang hijau, jambu air, labu siam, bayam dan susu.

IMSF 8 : Kekerasan pada Anak

Posted on Updated on

oleh BUNDA AMELIA

Anak jaman sekarang nampak begitu berbeda dengan jaman dulu. Pergaulan anak jaman sekarang sangat tidak terkontrol. Dari penelitian ditemukan bahwa hampir dari 93% remaja pernah menyaksikan pornografi. Indonesia saat ini menempati peringkat ke 2 pengakses pornografi.

Apa penyebab ini semua?

  1. Broken home
  2. Salah pergaulan
  3. Lingkungan yang tidak mendukung

Macam macam kekerasan, antara lain:

  1. Kekerasan fisik, yaitu suatu kekerasan yang akan menimbulkan suatu bekas
  2. Psikologis
  3. Sosial (bullying)
  4. Sexual

Kebanyakan dari korban kekerasan nantinya akan menjadi pelaku kekerasan selanjutnya.

Maka dari itu, kita sebagai remaja yang nantinya akan menjadi calon orang tua, tidak boleh pula terlalu mengkekang anak. Anak harus diijinkan untuk bermain, intinya tidak selalu dituntut untuk belajar, karena sebenarnya mereka punya hak lain selain belajar, seperti tumbuh kembang di lingkungan mereka, dan sebagainya.’

Lalu, yang harus dilakukan sebagai seorang pemuda seperti kita terhadap mereka adalah:

  1. Menjadi figur pemberi rasa aman
  2. Hindari selalu menggali kejadian trauma, kecuali kalau dia menginginkannya
  3. Jangan memberikan respon berlebih tentang kejadian trauma
  4. Beri anak aktivitas yang menyenangkan (bermain)
  5. Motivasi anak
  6. Usahakan anak tetap beraktifitas seperti biasa, seolah olah tidak ada kejadian apa apa

Tetap perlu pemeriksaan dan terapi psikologis

IMSF 8 : Generasi Rabbani Bukan Sekedar Shalih

Posted on Updated on

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Banyak pendidik memancangkan tekad mencetak generasi Rabbani. Tetapi apakah rabbani itu atau rabbaniyun (bentuk jamaknya)? Menurut Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, rabbaniyun adalah orang yang berilmu dan mengajarkan ilmunya (ilmu agama). Jadi, tak sekedar berilmu.

Menurut Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, rabbaniyun adalah sosok yang memberikan santapan ruhani bagi manusia dengan ilmu (agama) dan didik mereka atas dasar ilmu. Maka, tidak setiap yang memberi santapan ruhani dapat disebut seorang rabbani. Ia harus memiliki ilmu agama yang kuat dan memberi santapan ruhani dengan ilmunya. Ia juga mendidik manusia dengan ilmu agama. Seseorang yang hanya “memberi santapan ruhani” sementara ia sebenarnya tidak memiliki ilmu yang memadai, sesungguhnya ia hanyalah golongan khuthaba’ (para penceramah). Dan akan tiba suatu masa ketika banyak penceramahnya, tetapi ulama semakin sedikit.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya kalian hidup di zaman yang fuqahanya (ulama) banyak dan penceramahnya sedikit, sedikit yang minta-minta dan banyak yang memberi, beramal pada waktu itu lebih baik dari berilmu. Dan akan datang suatu zaman yang ulamanya sedikit dan penceramahnya banyak, peminta-minta banyak dan yang memberi sedikit, berilmu pada waktu itu lebih baik dari beramal.” (HR. Ath-Thabarani).

Dari berbagai pendapat para ulama, dapat disarikan 3 aspek penting sehingga seseorang dapat disebut sebagai seorang rabbani. Tiga aspek itu apa saja? Ia berilmu, mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya. Salah satunya tidak ada, ia bukanlah seorang rabbani. Maka mencetak generasi rabbani berarti mempersiapkan anak untuk sungguh-sungguh mengilmui agama, bersemangat mengamalkan dan mengajarkan. Ia harus mencintai ilmu sehingga dengannya senantiasa muncul dalam dirinya keinginan untuk menambah ilmu, bahkan di sela-sela kesibukannya mengajarkan ilmu. Seseorang yang menghabiskan umurnya untuk mengajar dimana-mana, apalagi sekedar ceramah, tetapi dirinya enggan belajar maka tidak mungkin termasuk golongan rabbaniyun.

Sekolah yang mencanangkan diri untuk mencetak generasi rabbani berarti harus membangkitkan militansi anak untuk mengajarkan agama tanpa menunggu adanya undangan. Shalih saja tidak cukup, betapa pun shalih merupakan keutamaan yang sangat mulia. Harus ada pada dirinya kehendak kuat untuk mengajarkan agama ini kepada manusia. Mengajarkan agama bukan berarti ia berprofesi menjadi guru agama. Lebih dari itu, ia senantiasa berkeinginan dan bersemangat mengajarkan agama kepada orang lain. Ia tergugah untuk menunjukkan kepada manusia jalan keselamatan ini dan membawa mereka memahami dengan baik serta mengamalkannya dengan sungguh-sungguh.

Tanpa mengilmui, mengamalkan dan kehendak kuat penuh semangat untuk mengajarkan agama kepada orang lain, tidak dapat disebut rabbani. Tidak peduli apa profesinya nanti, mengajarkan agama menjadi bagian dari kehidupannya. Ia berusaha mengajarkan agama yang lurus, betapa pun bidang pekerjaannya tidak langsung dengan ilmu agama. Bukankah dakwah seharusnya merupakan fardhu kifayah yang memanggil kita untuk menjalaninya? Ia bukan profesi. Ia lekat pada diri ini. Ia panggilan jiwa.

Seorang rabbani bersemangat menambah ilmu bagi dirinya, mengamalkan dan berusaha mengajarkannya kepada orang lain agar mengilmui Islam. Nah, sudahkah sekolah yang mencanangkan untuk mencetak generasi rabbani menyiapkan hal ini? Ataukah hanya membiasakan anak beribadah?

Jangan keliru. Ibadah amat sangat penting. Tapi tanpa bersemangat mengajarkan kepada orang lain, ia bukanlah seorang rabbani. Tak setiap ‘abid (ahli ‘ibadah) adalah seorang rabbani. Apalagi jika sekolah mengajarkan anak-anak bersemangat ‘ibadah maupun belajar agama hanya untuk mengejar dunia, mendapatkan keajaiban-keajaiban jalan pintas dan bukannya menyiapkan anak-anak agar tak ambruk kegigihannya belajar hanya karena sedikit kesulitan. Ia justru siap berkeringat berpenat-penat agar memperoleh barakah dari sisi Allah Ta’ala. Bukankah besarnya pahala antara lain ditentukan oleh besarnya kepayahan kita dalam memperjuangkan?

Lalu apa yang harus kita tanamkan kepada anak?

Pertama, mengimani Allah Ta’ala. Sesungguhnya mengimani sangat berbeda dengan memahami ilmu agama. Seseorang yang memahami, meskipun itu tentang iman, belum tentu mengimani sepenuh hati. Iman dan pemahaman merupakan dua hal yang sangat berbeda. Pemahaman berada pada ranah kognitif. Seseorang yang memahami tidak dengan sendirinya meyakini. Padahal yakin hanyalah bagian kecil dari iman. Sebaliknya, keimanan memerlukan ilmu.

Berawal dari mengimani Allah Ta’ala sebagai satu-satunya yang berhak disembah dan tidak ada satu pun yang layak untuk disembah selain Allah Ta’ala, memudahkan kita menanamkan iman kepada bagian-bagian penting iman lainnya yang masuk ke dalam rukun iman, maupun cabang-cabang iman.

Kedua, dorongan untuk mencintai ilmu dan menanamkan kepada anak kemuliaan orang-orang yang berilmu dalam rangka mencari ridha Allah Ta’ala. Kita dapat menunjukkan kepada anak bagaimana para ulama terdahulu dari kalangan salafush shalih bahkan merelakan hartanya demi meraih ilmu. Mereka tetap gigih belajar, meskipun sudah menjadi orang yang sangat berilmu, bahkan hingga akhir hayat. Kita gugah juga anak dengan menunjukkan bagaimana kesungguhan para salafush-shalih yang rela berpayah-payah untuk memetik ilmu.

Ketiga, senantiasa menggugahbukan hanya menjelaskan kepada anakagar berusaha mengamalkan ilmunya serta mengajarkannya kepada orang lain. Setiap kali ada kawan yang tidak tahu, maka ada ladang amal shalih di sana. Setiap kali ada orang yang lebih berilmu, maka ada kesempatan untuk meraup ilmu yang lebih besar. Dan tidak bernilai ilmu kecuali yang tegak di atas tuntunan agama ini.

Sekiranya keinginan kuat untuk senantiasa menambah ilmu, mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain benar-benar hidup pada diri anak-anak kita, niscaya akan sangat memudahkan para guru mengajar di kelas. Bagusnya iklim kelas yang ditandai besarnya semangat untuk belajar dan saling mendukung teman-teman sekelasnya meraih kemajuan, berbahagia dengan keberhasilan teman dan bersemangat sekaligus berempati kepada yang lemah di antara teman-teman sekelas justru dapat diraih dari usaha menjadikan mereka generasi rabbani. Ini memang bukan tentang membangun iklim kelas, tetapi ia menjadi buah yang manis meskipun tidak dimaksudkan untuk itu. Tidak perlu terjadi situasi ketika anak meremehkan temannya, mentertawakan kawan yang sedang tidak mampu menjawab pertanyaan dengan baik maupun sikap buruk lainnya yang merusak iklim kelas. Sekali lagi, ini terjadi justru bukan karena sedang membangun iklim kelas. Tetapi jika anak-anak di kelas terdorong kuat untuk senantiasa menambah ilmu, mengamalkan dan mengajarkan maka akan tumbuh iklim sekaligus budaya belajar yang kuat. Wallahu a’lam bish-shawab.

Alhamdulillah, DIAMOND 2016 Lancar :)

Posted on

Pada tanggal 29 Mei 2016 lalu, seminar DIAMOND telah dilaksanakan oleh CMIA FK UII di Auditorium Perpustakaan Gedung Moh. Hatta.

Pemateri yang diundang dalam acara DIAMOND 2016 ini adalah ustad Akbar Nazary Muhammad dan Teh Ressa Rere yang mampu menyampaikan materi dengan sangat menarik. Peserta yang hadir pun tampak antusias dalam mengikuti acara DIAMOND 2016 ini.

Semoga kedepannya acara DIAMOND CMIA FK UII semakin baik ya..

semakin bermanfaat untuk banyak orang dan mampu menghadirkan pemateri super duper keren lainnya 🙂

😉146556256639914655625958331465562652326

Seminar Kemuslimahan DIAMOND 2016

Posted on

Hai sahabat muslimah! Weekend ini rencananya kamu mau kemana? Belum ada rencana? Ikut aku yuk, belajar bersama di acara DIAMOND 2016! Mau tau lebih lanjut apa itu DIAMOND 2016? Yuk kita cari tahu!

DIAMOND 2016 adalah sebuah acara seminar kemuslimahan yang diadakan Center Medical Islamic Activities (CMIA) FK UII. Acara DIAMOND telah dilaksanakan sebanyak dua kali sejak tahun 2015. Nah untuk tahun ini, DIAMOND 2016 mengangkat tema “Muslimah be a Truly Princess Everyday Till The End of The Day” yang akan membahas mengenai bagaimana seharusnya sikap kita sebagai muslimah sejati. Tema ini dianggap sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari setiap muslimah karena menjadi muslimah sejati tidak akan membatasi diri kita dalam berprestasi.

Apa lagi sih yang keren dari DIAMOND 2016? DIAMOND 2016 menghadirkan pemateri-pemateri yang luar biasa! Ada dua pemateri yang akan menyampaikan ilmunya, yaitu Ustadz Akbar Nazary yang merupakan Ketua Yayasan Majelis Dakwah Islam dan Ressa Rere yang merupakan pemain Film Tausiyah Cinta. Hari Ahad pagi yang ceria dari jam 07.00 sampai jam 12.00 kamu akan benar-benar belajar menjadi seorang muslimah sejati yang berprestasi!

Muslimah itu sejatinya harus terus mau belajar. Bukankah belajar itu sepanjang hayat? Nah, begitu juga untuk menjadi muslimah sejati. Yuk, aku tunggu kamu untuk bersama berhijrah dengan datang ke DIAMOND 2016 pada tanggal 29 Mei 2016 di Auditorium Perpustakaan Pusat Universitas Islam Indonesia. Buat kamu yang belum sempat beli tiket sebelumnya, jangan khawatir karena DIAMOND 2016 menyediakan tiket On The Spot hanya dengan 45k!

DIAMOND 2016 memang sebentar lagi, tapi bukannya masih ada kesempatan untuk aku dan kamu belajar bersama? Aku tunggu kamu ya di DIAMOND 2016!

P.s: Acara DIAMOND 2016 muslimah only ya 🙂